Padang Panjang, lintastiga.com— Dalam upaya mendorong pemberdayaan dan kemandirian ekonomi bagi penyandang disabilitas, Dewan Pengurus Cabang Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (DPC PPDI) Kota Padang Panjang bekerja sama dengan Program Studi Pendidikan Kriya Seni dan Desain Produk Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang menggelar pelatihan bertajuk “Pemanfaatan Limbah Serbuk Kayu Guna Meningkatkan Kreativitas Kaum Disabilitas.”21 Juli 2025
Kegiatan yang merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini resmi dimulai pada Senin, 12 Juli 2025, dan dirancang berlangsung secara berkala dengan pendekatan pendampingan berkelanjutan.
Pelatihan ini melibatkan langsung para penyandang disabilitas sebagai peserta aktif. Tujuannya adalah untuk menggali potensi mereka dalam bidang kriya seni serta membuka peluang kewirausahaan berbasis limbah ramah lingkungan.
Ketua DPC PPDI Padang Panjang, Muhamad Ilham, S.Ds., M.Sn., menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif kolaboratif ini. “Kami sangat menyambut baik sinergi dengan dunia akademik. Ini bukan sekadar pelatihan teknis, tapi juga bentuk nyata pengakuan atas potensi teman-teman disabilitas untuk berkarya dan berkontribusi secara mandiri dalam masyarakat,” ungkapnya saat pembukaan kegiatan.
Sementara itu, pelaksana kegiatan dari ISI Padangpanjang, Chairul Haq, S.Sn., M.Sn. bersama Rahmad Washinton, S.Sn., M.Sn., serta tim dosen dan mahasiswa lainnya, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial kampus seni dalam mendampingi kelompok rentan. “Melalui pelatihan ini, kami ingin menunjukkan bahwa limbah seperti serbuk kayu memiliki nilai ekonomi tinggi bila diolah secara kreatif, misalnya menjadi hiasan dinding, miniatur, atau aksesori seni,” jelas Chairul.
Pelatihan ini diselenggarakan secara inklusif dan partisipatif, melibatkan peserta dari berbagai latar belakang disabilitas seperti tunadaksa, disabilitas intelektual ringan, hingga keluarga penyandang disabilitas. Dengan metode praktik langsung serta pendekatan empatik, para peserta tidak hanya belajar teknik dasar, tetapi juga diajak mengembangkan ide kreatif sesuai potensi lokal dan minat masing-masing.
Rencananya, hasil dari pelatihan ini akan dipamerkan dalam berbagai event kerajinan lokal maupun platform digital, serta dikembangkan menjadi produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berbasis seni ramah lingkungan.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara akademisi dan organisasi penyandang disabilitas mampu melahirkan ruang-ruang baru yang inklusif, kreatif, dan produktif di tengah masyarakat. (Eko)