, JAKARTA –Perusahaan di Indonesia menghadapi berbagai tantangan utama dalam proses perekrutan tenaga kerja, seperti ketidakcocokan antara jumlah pencari kerja dengan kebutuhan sektor industri.
Tantangan lainnya adalah munculnya peningkatan karyawan yang mengajukan pengunduran diri dari pekerjaannya serta meningkatnya permintaan akan keterampilan di masa depan.
Topik tersebut menjadi pembahasan utama dalam diskusi Midday Meet & Munch Vol. 2 dengan tema ‘Bersaing Mendapatkan Tenaga Kerja di Pasar Kerja yang Berkembang Cepat’, yang diselenggarakan oleh Optimus Consulting di Jakarta pada Selasa (15/7/2025).
Direktur HR Grup Asiacross Investindo, Evilin Kumala, menyoroti tantangan dalam mengembangkan bakat dari awal di industri sepatu yang sangat khusus dan belum memiliki lembaga pendidikan resmi.
“Beberapa strategi yang diterapkan adalah melalui program rekrutmen karyawan berdasarkan nilai dan kesesuaian budaya,” ujarnya.
Kepala Pengadaan Tenaga Ahli di Permata Bank, Maria Patricia Gautama (Patty) menyampaikan bahwa sektor perbankan menghadapi tantangan persaingan dalam bidang penjualan.
Perbankan juga menghadapi kombinasi antara perekrutan dari luar dan pengembangan sumber daya internal yang mampu mengatasi tantangan.
Konsultan Penilaian Bakat dari AON Singapura, Hitta Duarsa menyatakan bahwa perekrutan tenaga kerja juga menghadapi tantangan terkait keterampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
“Walaupun Indonesia memiliki lebih dari 150 juta tenaga kerja, banyak perusahaan masih mengalami kesulitan menemukan calon yang sesuai, karena terdapat ketidakseimbangan antara keterampilan yang ada dan yang diperlukan,” katanya.
Ketiga panelis sepakat bahwa pendekatan perekrutan yang berbasis pada riwayat hidup atau sertifikasi sudah tidak lagi efektif secara penuh. Mereka menekankan perlunya penilaian berdasarkan kemampuan, wawancara terstruktur, dan simulasi perilaku untuk menggali potensi kandidat secara lebih mendalam.
Makna ‘qualified’ yang sebelumnya berfokus pada latar belakang pendidikan dan pengalaman, kini lebih menekankan pada potensi, nilai, serta kemampuan untuk berkembang bersama organisasi.
Rekrutmen bukan lagi tentang siapa yang tampak siap pada saat ini, melainkan siapa yang memiliki kemampuan untuk berkembang dan berkontribusi secara terus-menerus dalam lingkungan organisasi.
Banyak Lulusan Universitas Menganggur Karena Keterampilan Kurang Memadai?
Pemerintah sebelumnya menyatakan bahwa jumlah lulusan sarjana yang tidak memiliki pekerjaan cukup besar. Faktor penyebabnya beragam, mulai dari sedikitnya kesempatan kerja, gaji yang ditawarkan perusahaan tidak sesuai dengan harapan, serta kemampuan para sarjana yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia industri saat ini.
“Pertama, mungkin masalah gaji. Mereka lulusan sarjana tetapi ditawarkan penghasilan yang setara dengan lulusan SMA. Selanjutnya, lokasi penempatan dan kebutuhan industri tidak sesuai dengan keterampilan para sarjana,” kata Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer, Rabu (2/7/2025).
“Mungkin mereka memilih lokasi pekerjaannya. Selain memilih tempat kerja, juga memilih besaran gaji,” katanya.
Noel mengungkapkan, ia baru saja melakukan inspeksi ketenagakerjaan ke berbagai wilayah seperti di Morowali, Sulawesi Tengah, yang memiliki banyak industri.
Dari inspeksi yang dilakukannya, beberapa perusahaan di Morowali masih mengalami kekurangan tenaga kerja. “Mereka justru kekurangan tenaga kerja. Kekurangan tenaga kerja di sana. Oleh karena itu, kita sedang mencoba, apakah orang-orang ini, lulusan sarjana, bersedia bekerja di sana,” katanya.
“Mereka para sarjana ini sudah terbiasa dengan kehidupan kita. Tiba-tiba mereka harus pergi ke daerah yang tidak memiliki tempat hiburan dan sebagainya. Ini tentu berdampak pada psikologis mereka,” tambah Noel.
Ia juga menyarankan para lulusan untuk melakukan pelatihan tambahan dan pembaruan keterampilan agar dapat sesuai dengan posisi yang tersedia. Karena, jika tidak, para lulusan tidak akan mampu bersaing di pasar kerja.
“Jika ada kesempatan kerja, dia saat ini membutuhkan pekerjaan. Jadi harus melakukan pelatihan ulang. Karena adanya lowongan tersebut,” tambah Noel.