Mempertimbangkan Arah Kebijakan Fiskal Tahun 2025
Di tengah lingkungan ekonomi global yang terus berubah dengan cepat, posisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tahun 2025 mengandung arah kebijakan baru yang penting untuk diperhatikan. Pemerintah tidak hanya mengejar pertumbuhan, tetapi merancang strategi fiskal jangka pendek, menengah, hingga panjang yang didukung oleh fokus pada keberlanjutan, inklusivitas, serta transformasi struktural perekonomian nasional.
Dasar utamanya adalah komitmen terhadap pendidikan berkualitas, layanan kesehatan yang baik, serta pengurangan tingkat kemiskinan secara signifikan. Pada saat yang sama, kebijakan fiskal ditujukan untuk mempercepat pemanfaatan sumber daya alam, mendukung perekonomian hijau, mengembangkan ekonomi kreatif, dan meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). APBN 2025 bukan hanya sekadar angka, tetapi sebuah agenda besar: menjamin kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Strategi Jangka Pendek: Misi Sosial dalam Kerangka Anggaran
Fiskal bukan sekadar alat teknokratis, tetapi merupakan wujud nyata dari kehadiran negara. Strategi kebijakan fiskal jangka pendek tahun 2025 berfokus pada kelanjutan dukungan terhadap pelayanan dasar, khususnya pendidikan dan kesehatan. Kedua aspek tersebut merupakan hak mendasar warga negara sekaligus syarat untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pendidikan berkualitas tidak hanya ditentukan oleh besarnya anggaran, tetapi juga oleh desain kebijakan yang mampu menyesuaikan diri dengan tantangan masa kini. Dalam RAPBN 2025, alokasi anggaran untuk pendidikan kembali dijamin minimal 20% sesuai ketentuan konstitusi, namun penguatan reformasi pengelolaan anggaran—dari pendekatan berbasis input menuju berbasis hasil—semakin ditegakkan.
Dalam sektor kesehatan, fokus anggaran ditujukan pada upaya memperluas akses dan meningkatkan mutu layanan, terutama untuk kelompok yang rentan. Mengambil pelajaran dari wabah COVID-19, sistem kesehatan nasional perlu diperkuat secara menyeluruh, mulai dari pelayanan dasar hingga kesiapan menghadapi bencana.
Selain itu, anggaran 2025 juga memiliki misi etis: mengurangi tingkat kemiskinan dan ketimpangan. Program perlindungan sosial serta subsidi yang lebih tepat sasaran menjadi alat fiskal yang penting. Pemerintah tidak hanya memberikan dana bantuan, tetapi juga mendorong mobilitas sosial masyarakat menuju kemandirian ekonomi.
Strategi Jangka Menengah dan Panjang: Membentuk Tatanan Ekonomi Indonesia di Masa Depan
Dalam jangka menengah dan panjang, kebijakan fiskal Indonesia memasuki tahap transformasi. Fokus utama meliputi pengembangan industri secara lebih dalam, perubahan menuju ekonomi hijau, pengembangan ekonomi kreatif dan wirausaha, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Hilirisasi kini bukan lagi sekadar istilah politik, tetapi berubah menjadi alat fiskal strategis dalam meningkatkan nilai ekspor, menciptakan kesempatan kerja, serta memperkuat kemandirian ekonomi. Skema insentif fiskal seperti pengurangan pajak untuk penelitian dan pelatihan vokasi diperluas guna mendorong industri yang memiliki nilai tambah.
Transformasi hijau kini menjadi keharusan. Dalam APBN 2025, pendanaan iklim dan program transisi energi bersih mulai diperkuat, termasuk melalui kerja sama internasional seperti Just Energy Transition Partnership (JETP). APBN berperan sebagai alat negara untuk memperkuat komitmen dalam mengurangi emisi serta menjaga keberlanjutan lingkungan.
Di sisi lain, sektor ekonomi kreatif dan wirausaha mendapatkan perhatian yang lebih besar. Bukan hanya karena kontribusinya terhadap PDB dan tenaga kerja, tetapi juga karena kemampuannya dalam mendorong inovasi. Negara hadir melalui pemberian insentif, pendanaan usaha, serta pengembangan sistem digital yang saling terhubung.
Puncaknya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tidak dapat dipertentangkan. Tanpa SDM yang unggul, impian Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi khayalan. Oleh karena itu, anggaran APBN dialokasikan untuk peningkatan kompetensi, pelatihan kerja, serta penguatan sistem pendidikan dan vokasi.
Menuju Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang Sehat: Mengumpulkan Lebih Banyak, Menghabiskan dengan Lebih Baik, serta Membiayai Secara Bijak
APBN 2025 ditetapkan sebagai jalan menuju perekonomian yang lebih inklusif dan adil. Namun, pembangunan tidak dapat terus-menerus bergantung pada pinjaman. Oleh karena itu, diperlukan penguatan dasar keuangan negara melalui strategi mengumpulkan lebih banyak, menghabiskan dengan lebih baik, serta pendanaan inovatif secara bijaksana.
Pertama, meningkatkan penerimaan negara (mengumpulkan lebih banyak) dilakukan dengan memaksimalkan pajak dan memperluas dasar penerimaan non-pajak. Upaya perbaikan sistem perpajakan terus berlangsung guna meningkatkan kepatuhan dan memperluas cakupan, sambil tetap menjaga iklim usaha yang mendukung.
Kedua, pengeluaran negara ditujukan agar lebih berkualitas (spending better). Artinya, bukan hanya melihat besarnya angka, tetapi seberapa efektif anggaran tersebut dapat menyelesaikan masalah yang ada di lapangan. Prinsip nilai uang menjadi dasar dalam menilai program.
Ketiga, pendekatan pembiayaan inovatif menjadi strategi utama, khususnya dalam proyek infrastruktur dan peralihan energi. Skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), obligasi hijau, serta instrumen blended finance mulai dikembangkan lebih cepat.
Kemampuan Keuangan sebagai Tanggung Jawab Masyarakat
Kebijakan fiskal tidak hanya menjadi wewenang para teknokrat, tetapi juga milik seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan literasi fiskal perlu dilakukan, termasuk melalui media publik. Pemahaman masyarakat terhadap arah kebijakan APBN akan mendorong partisipasi yang positif dalam proses pembangunan.
APBN 2025 bukan hanya alat ekonomi, tetapi juga cerminan nilai dan strategi nasional dalam membuka jalan menuju kesejahteraan yang adil, pembangunan yang berkelanjutan, serta perekonomian yang menyentuh seluruh rakyat Indonesia.
Dengan merancang kebijakan fiskal yang strategis, inklusif, dan berorientasi jangka panjang, Indonesia tidak hanya mampu bertahan dalam persaingan global, tetapi juga menunjukkan diri sebagai bangsa yang memiliki visi dan mandiri secara ekonomi.