BUKITTINGGI, lintastiga.com – Untuk tahun dan kapan awalnya ditemukan, mungkin sulit untuk ditelusuri. Mengingat tradisi suku Minangkabau banyak diwariskan secara lisan.
Namun, adanya Tradisi Marandang atau memasak rendang pada masa kini sebetulnya sudah mencerminkan bahwa tradisi ini sudah ada dan diwariskan pada tiap generasi.
Mungkin bukan sekadar tradisi, Marandang ternyata memiliki nilai filosofis adat dibaliknya yaitu Penghulunyo samba atau lauk pauk yang dihidangkan dalam kegiatan seremonial adat pada suku tersebut.
Hal itu terungkapkan dalam kajian Adaik Sabatang Panjang, Pangulu atau Penghulu dalam tatanan adat Minangkabau merupakan seorang pemimpin adat.
Dengan kata lain, randang adalah makanan atau lauk yang paling bernilai dan digemari di ranah Minangkabau.
Dibawah Bangunan yang berdiri tegak berusia hampir satu abad “Jam Gadang” sebutan warga Kota Bukittinggi, yang menjadi simbol kebanggaan warga kota Bukittinggi – Sumatra Barat. Hari ini.Kamis(9/3/2023) pagi. Pemerintah Kota itu mengadakan Festival Gadih Minang Marandang 2023.
Terdiri dari puluhan siswi SLTP dan SLTA se Kota Bukittinggi mengikuti lomba memasak rendang. Rendang merupakan masakan khas Minangkabau yang sudah tersohor ke nasional bahkan internasional.
Kabid pemasaran pariwisata & pengembangan ekonomi kreatif
Dinas pariwisata kota bukittinggi Hendri Yeni, S. Pd mengatakan, saat ini untuk jumlah peserta mencapai 60-an siswi yang terdiri dari sekolah SLTP dan SLTA se Kota Bukittinggi.
“Kebanyakan dari mereka tampak semangat mengikuti lomba, apalagi ‘Rendang’ ini kan Khas nya Sumatera barat,” sebut Yeni.
Kegiatan lomba bertujuan untuk melestarikan kuliner lokal khas Minangkabau dan peserta wajib memakai baju kurung.
Salah satu Chef dari Hotel Santika Bukittinggi yang menjadi juri pada acara tersebut Edi Irawan mengatakan ada beberapa hal yang kita nilai.
“Mulai dari kebersihan, kemudian proses pembuatan, waktu, tekstur dan terakhir soal rasa,” sebut Edi.
Untuk penilaian memasak rendang yakni, dewan juri yang terdiri dari Chef Hotel, Akademisi maupun Bundo Kanduang yang memantau kegiatan tersebut.
Peserta lomba memasak rendang menggunakan kompor portable gas 3 kilogram. (Egi)