Lintaskriminal.co.id –– Sel kanker terkenal licik karena mampu menyembunyikan diri dan menghindari serangan sistem imun tubuh.
Masalah ini menjadi fokus para ilmuwan yang berupaya menemukan inovasi teknologi terbaru agar sistem imun dapat mengenali sasaran dengan lebih jelas.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Han Shuo dari Pusat Keunggulan Ilmu Sel Molekuler di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok (CAS) berhasil menciptakan sebuah nanozyme yang dirancang mampu mengidentifikasi sel kanker dengan akurasi tinggi.
Nanozyme ini digambarkan seperti “robot penanda nano” yang bisa diaktifkan dengan cahaya merah tua atau ultrasonografi.
Teknologi ini memanfaatkan konsep penandaan dekat yang sebelumnya sering digunakan dalam penelitian biokimia, tetapi kini diterapkan langsung dalam pengobatan kanker.
Dengan metode ini, sel kanker yang biasanya sulit diidentifikasi dapat diberi tanda sehingga lebih mudah ditangani oleh sel sistem imun tubuh.
Nanozim dirancang untuk mengantarkan antibodi atau ligan yang mampu mengenali tanda biologis pada sel kanker.
Setelah diinjeksikan, nanozyme akan beredar melalui aliran darah hingga sampai pada permukaan sel kanker, kemudian melekat dan memberi tanda.
Segera setelah menerima “perintah” berupa cahaya merah atau gelombang ultrasonik, nanozyme akan mengaktifkan sinyalnya sehingga sel kanker terlihat jelas sebagai sasaran bagi sistem kekebalan tubuh.
Untuk menguji sejauh mana teknologi ini efektif, para ilmuwan melakukan percobaan terhadap tikus.
Mereka memberikan molekul BiTE (pengaktif T-cell berspesifik ganda) yang dibuat khusus.
Molekul ini tidak hanya berperan dalam mengenali sasaran, tetapi juga memicu sel T – pasukan utama sistem imun – untuk menyerang sel kanker.
Han menjelaskan bahwa sistem penanda ini memiliki keuntungan tambahan, yaitu mendorong pembentukan memori imunologis jangka panjang.
Efek ini dibandingkan dengan memberikan “vaksin tumor” kepada tubuh, sehingga sistem imun mampu mengenali dan mengingat sel kanker jika muncul kembali di masa depan.
Temuan penelitian menunjukkan manfaat terapeutik yang sangat menggembirakan.
Dalam model kanker pada tikus eksperimental, teknologi ini berhasil menekan perkembangan tumor secara signifikan.
Selain itu, pengujian pada sampel kanker secara in vitro juga menunjukkan respons yang baik.
Menurut Han, penemuan ini membuka kesempatan baru dalam pengembangan imunoterapi generasi berikutnya yang lebih cerdas, efektif, dan memiliki sedikit efek samping.
Bandingkan dengan pengobatan tradisional, sistem ini bekerja lebih tepat sasaran sehingga menurunkan kemungkinan merusak sel yang sehat.
Para pakar menganggap, pendekatan yang berbasis nanozyme ini dapat menjadi langkah penting dalam bidang onkologi.
Menggunakan teknologi yang mampu mengidentifikasi sel kanker secara akurat, pasien di masa depan bisa mendapatkan pengobatan yang disesuaikan dengan jenis kanker serta sifat biologis setiap individu.
Kolaborasi antar bidang ilmu seperti biologi molekuler, kimia, dan teknologi nano menjadi kunci dari munculnya inovasi ini.
Semoga penelitian ini segera dilanjutkan dengan uji klinis pada manusia agar dapat memberikan manfaat yang nyata bagi pasien kanker di seluruh dunia.