Indeks

Mengapa Suzuki Tak Gunakan Transmisi CVT di Mobilnya

Jika kamu memperhatikan, sebagian besar mobil matic dari Suzuki di Indonesia seperti Ertiga, XL7, Grand Vitara, hingga Fronx tidak mengadopsi transmisi CVT yang umum digunakan oleh banyak pesaingnya. Sebaliknya, Suzuki memilih dua jenis transmisi: otomatis konvensional (AT) yang menggunakan torque converter, atau AGS (Auto Gear Shift) yang berbasis transmisi manual namun dioperasikan secara otomatis. Pertanyaannya, mengapa Suzuki memilih pendekatan yang berbeda ini?

Keputusan ini sebenarnya tidak tanpa alasan. Suzuki memiliki pertimbangan teknis dan strategis yang kuat di balik pemilihan transmisi, mulai dari ketahanan, biaya perawatan, hingga gaya berkendara yang ingin mereka jaga. Dan jika kita melihat sejarahnya, Suzuki pernah mencoba CVT di Indonesia melalui model Celerio, tetapi kemudian berubah arah.

1. Faktor ketangguhan dan kepercayaan diri

Suzuki terkenal dengan reputasi mobil yang tangguh dan jarang mengalami masalah, khususnya di pasar negara berkembang seperti Indonesia. Transmisi CVT memang memiliki keunggulan dalam efisiensi bahan bakar serta kenyamanan saat akselerasi mulus, namun di sisi lain, CVT lebih rentan terhadap kualitas oli dan gaya berkendara. Jika tidak dirawat dengan tepat atau digunakan dalam kondisi lalu lintas yang sering berhenti dan jalan, CVT bisa mengalami kerusakan lebih cepat.

Suzuki memutuskan untuk menggunakan transmisi otomatis tradisional atau AGS karena lebih kuat dan tahan lama, terutama dalam menghadapi kondisi jalan, beban muatan, serta kebiasaan berkendara di Indonesia. Bagi mereka, ketahanan jangka panjang menjadi nilai utama yang ditawarkan.

2. Biaya perawatan yang lebih murah

Perbaikan CVT biasanya memerlukan biaya yang cukup tinggi dan komponen khusus. Bagi banyak pengguna di Indonesia, biaya perawatan menjadi salah satu faktor penting saat memilih mobil. Dengan memilih transmisi AT konvensional atau AGS, Suzuki dapat menawarkan biaya perawatan yang lebih terjangkau. Selain itu, mekanik di bengkel resmi Suzuki sudah terbiasa mengatasi jenis transmisi ini, sehingga perbaikan lebih cepat dan suku cadang lebih mudah ditemukan.

3. Perilaku berkendara sesuai dengan kebutuhan pasar

Suzuki juga memperhatikan bahwa beberapa pengemudi di Indonesia lebih menginginkan sensasi perpindahan gigi yang terasa jelas, khususnya pada mobil keluarga. Transmisi AT biasa memberikan respons yang lebih “padat” saat akselerasi dibandingkan CVT yang terasa lebih linear. Sementara AGS, meskipun berbasis transmisi manual, menawarkan efisiensi bahan bakar sekaligus kemudahan berkendara seperti mobil matik.

Tokoh ini cocok dengan citra Suzuki sebagai kendaraan yang efisien, hemat bahan bakar, namun tetap memiliki daya cukup untuk digunakan baik di kota maupun luar kota.

Oleh karena itu, Suzuki tidak menggunakan transmisi CVT pada mobil-mobil otomatis mereka karena lebih mengutamakan ketahanan, biaya perawatan yang lebih murah, serta karakter berkendara yang sesuai dengan preferensi pasar Indonesia. Meskipun tren industri otomotif saat ini cenderung beralih ke CVT, Suzuki memilih jalannya sendiri dengan tetap mempertahankan prinsip mobil yang tahan lama dan mudah dalam perawatannya.

Perbandingan Fitur Keamanan Suzuki Fronx dengan Chery Tiggo Cross CSH

Exit mobile version