Indeks

Mazda Tetap Setia pada Filosofi “Jinba Ittai”, Hubungan Abadi Mobil dan Pengemudi

Lintaskriminal.co.id -—Di tengah perkembangan elektrifikasi dan otomasi yang semakin mendominasi industri kendaraan, Mazda memutuskan untuk tetap mempertahankan sesuatu yang lebih klasik: ikatan emosional antara manusia dan mesin. Prinsip ini dikenal sebagaijinba ittai— sebuah filsafat Jepang yang artinya “kuda dan penunggangnya menyatu”.

Filosofi ini bukan hanya sekadar jargon pemasaran. Bagi Mazda, hal tersebut merupakan inti dari seluruh proses perancangan dan pengembangan kendaraan. “Apapunpowertrain-nya, yang penting harus jinba ittai,” kata Managing Director PT Eurokars Motor Indonesia, Ricky Thio, dalam pertemuan dengan media di Jakarta, Senin. Menurutnya, teknologi bisa berubah, tetapi perasaan kontrol dan keterhubungan antara pengemudi dan kendaraan adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan.

Konsep ini pertama kali diusulkan pada tahun 1980 oleh Tetsu Kasahara, Asisten Manajer Departemen Pengembangan Dinamika Chassis Mazda. Pada masa itu, Mazda sedang mencari metode untuk membedakan dirinya dari produsen lain yang berlomba-lomba menciptakan mobil dengan kecepatan terbaik. Mazda, di sisi lain, berupaya membuat mobil yang “terasa tepat” saat dikendarai.

Sebelum dikenal sebagai jinba ittai, filosofi itu disebut jinsha ittaiyang berarti kesatuan antara mobil dan pengemudi. Namun para insinyur Mazda merasa istilah tersebut belum cukup mencerminkan semangat simbiosis yang mereka harapkan. Oleh karena itu, kata “kuda” dimasukkan ke dalam istilah —jinba ittai— sebagai lambang keanggunan, kekuatan, dan keseimbangan.

Empat puluh tahun kemudian, semangat yang sama masih terasa dalam setiap model Mazda yang beroperasi di jalan-jalan Indonesia. Mulai dari Mazda 3 Hatchback hingga SUV mewah CX-80 Kuro, setiap aspek dirancang untuk memberikan pengalaman berkendara yang alami, seolah kendaraan memahami keinginan pengemudi sebelum sang pengemudi sendiri menyadari apa yang diinginkannya.

Filosofi ini menjadi fokus utama dalam acara tersebutMazda Power Drive 2025, yang diadakan di Jakarta pada 11–12 Oktober mendatang. Acara tahunan ini memberikan pengalaman berkendara langsung bagi para pelanggan di lintasan khusus sepanjang dua kilometer, di mana mereka dapat merasakan sendiri maknajinba ittai dalam wujud nyata.

Ada 18 model Mazda yang disiapkan untuk acara ini, termasuk CX-3 Kuro dan CX-60 Sport — dua kendaraan yang mewakili peralihan Mazda menuju elektrifikasi tanpa kehilangan esensi mekanisnya. “Kami ingin membuktikan bahwadriving pleasuremasih bisa hadir, bahkan di masa mobil listrik,” kata Ricky.

Pendekatan Mazda ini terlihat berbeda dari kebanyakan industri otomotif yang fokus pada kecerdasan buatan, layar besar, dan sistem otonom. Saat perusahaan lain berlomba mengurangi peran manusia dalam berkendara, Mazda justru menegaskan bahwa manusia adalah inti dari seluruh pengalaman berkendara.

Sebagai merek asal Jepang yang lahir dari semangat desain yang akurat dan sederhana, Mazda telah menemukan cara untuk menghubungkan masa lalu dengan masa depan.Jinba ittaibukan sekadar kenangan, tetapi pernyataan: teknologi harus berfungsi untuk manusia, bukan menggantikan mereka.

Dan di tengah kegemerlap kota Jakarta, di mana suara mesin sering terkalahkan oleh riuh rendah kehidupan, filsafat ini menjadi pengingat halus bahwa bahkan di balik kemudi logam yang dingin, masih tersisa ruang untuk kehangatan — antara pengemudi dan kendaraannya.

Exit mobile version