Bila membicarakan Ethiopia, banyak orang hanya mengingat kopi atau negara di Afrika Timur yang kering dan penuh perselisihan. Padahal, Ethiopia menyimpan berbagai fakta menarik yang tidak hanya bersifat sejarah, tetapi juga menjadi dasar penting dalam sejarah dunia. Negara ini tidak hanya terkenal sebagai tempat lahirnya kopi, tetapi juga sebagai salah satu peradaban manusia tertua di bumi.
Etiopeia memiliki posisi strategis secara geografis dan budaya, yang membuat negara ini sangat unik dibandingkan negara lain di benua Afrika. Mulai dari pegunungan tinggi, bangunan kuno, hingga budaya khas yang masih bertahan hingga saat ini, Etiopeia pantas masuk daftar destinasi impian bagi siapa pun yang menyukai sejarah, budaya, dan keajaiban alam. Mari mengenal lebih dalam melalui lima fakta menarik berikut ini!
1. Asal muasal kopi di dunia
Kopi yang menjadi teman begadang dan pemicu semangat pagi bagi jutaan orang ternyata berasal dari dataran tinggi Ethiopia. Berdasarkan legenda terkenal yang dikutip dariNational Coffee Association, kopi pertama kali ditemukan oleh seorang peternak kambing bernama Kaldi pada abad ke-9. Ia menyaksikan kambing-kambingnya menjadi sangat aktif setelah mengonsumsi buah merah dari pohon tertentu, yang kemudian dikenal sebagai kopi arabika.
Seiring berjalannya waktu, biji kopi dari Ethiopia menyebar ke Semenanjung Arab, kemudian ke Eropa dan seluruh dunia. Ethiopia tetap menjadi salah satu produsen kopi terkemuka di dunia dengan rasa unik dan aroma yang kuat. Dilansir dariMauch Chunk Coffee Co., kopi di Ethiopia bukan hanya sekadar minuman, tetapi merupakan bagian dari upacara sosial yang dikenal sebagai “coffee ceremony”, di mana kopi disajikan dalam tiga tahap dan dianggap sebagai lambang persahabatan serta rasa hormat.
2. Salah satu peradaban paling awal di dunia
Etiopia bukanlah negara yang asing di panggung sejarah global. Negara ini telah dihuni oleh peradaban kuno selama lebih dari 3.000 tahun, membuatnya menjadi salah satu pusat kebudayaan tertua yang masih bertahan hingga saat ini. Dilansir dariNational GeographicKerajaan Aksum yang pernah berkembang di Ethiopia dari abad ke-1 hingga ke-7 Masehi terkenal sebagai salah satu kerajaan besar yang mampu membangun hubungan diplomatik dengan Kekaisaran Romawi dan India.
Bekas-bekas kejayaan Aksum masih dapat dilihat hingga kini melalui monumen besar, sisa-sisa istana, serta tempat pemakaman kuno yang terdaftar sebagai warisan dunia UNESCO. Menariknya, Ethiopia merupakan satu-satunya negara di Afrika yang tidak pernah secara resmi diduduki oleh kekuatan kolonial Barat, sehingga banyak warisan budayanya tetap terjaga dan asli sampai saat ini.
3. Perumahan dari spesies manusia yang paling tua
Bagi yang menyukai sejarah manusia purba, Ethiopia merupakan surga yang sesungguhnya. Di negara ini ditemukan fosil “Lucy” (Australopithecus afarensis)yang dianggap sebagai leluhur manusia modern dan hidup sekitar 3,2 juta tahun yang lalu. Temuan ini ditemukan di Lembah Awash, bagian dari Great Rift Valley yang terletak di Ethiopia, sebagaimana dilaporkan dalam laporanAfrican Archeology.
Temuan Lucy tidak hanya memiliki makna penting bagi dunia arkeologi, tetapi juga menjadi bukti bahwa wilayah Ethiopia merupakan salah satu lokasi lahirnya umat manusia. Bahkan hingga saat ini, banyak ekspedisi ilmiah masih terus dilakukan di sana guna menemukan jejak sejarah awal peradaban manusia. Ethiopia secara harfiah dapat disebut sebagai tanah kelahiran umat manusia, bukan hanya metafora, melainkan didasarkan pada bukti ilmiah.
4. Kalendarnya berbeda dengan dunia lainnya
Etiopia berada di masa depan dan masa lalu secara bersamaan, tergantung pada perspektif yang digunakan untuk melihatnya. Negara ini masih memakai kalender kuno yang dikenal sebagai Kalender Etiopia, yang terdiri dari 13 bulan dan tertinggal sekitar 7 hingga 8 tahun dibandingkan kalender Gregorian yang umum digunakan di seluruh dunia. Oleh karena itu, ketika dunia merayakan tahun 2025, Etiopia baru saja menyambut tahun 2017 atau 2018, tergantung pada bulannya. Dilansir dariForeign Policy, kalender ini mengacu pada kalender Koptik yang telah diadopsi oleh Gereja Ortodoks Ethiopia.
Kebiasaan unik, tahun baru di Ethiopia dirayakan setiap 11 atau 12 September, tergantung pada apakah tahun tersebut merupakan tahun kabisat atau tidak. Kalender ini juga menjadi bagian penting dari identitas nasional Ethiopia, serta mencerminkan perbedaan budaya yang sangat dijaga dan dilestarikan. Tidak hanya berbeda dalam angka, tetapi benar-benar berbeda dalam cara pandang terhadap waktu dan kehidupan sehari-hari.
5. Negara yang memiliki sistem aksara sendiri
Etiopia memiliki bahasa resmi bernama Amharik, dan menariknya, mereka juga memakai sistem tulisan sendiri yang disebut Ge’ez atau abjad Etiopia. Sistem ini bukan merupakan alfabet Latin, Arab, atau Yunani, melainkan sistem penulisan yang sangat unik dan tidak ditemukan di negara lain. DilansirSpringer, abjad Ge’ez terdiri dari lebih dari 200 simbol, dan masih digunakan secara aktif dalam lingkup agama serta pemerintahan.
Keberadaan sistem abjad yang unik ini memperkuat posisi Ethiopia sebagai negara dengan budaya yang sangat kuat dan mandiri. Bahkan dalam situasi globalisasi dan digitalisasi, bahasa Ge’ez masih diajarkan di sekolah serta digunakan dalam dokumen resmi maupun teks liturgi Gereja Ortodoks Ethiopia. Hal ini menunjukkan betapa besar rasa bangga masyarakat Ethiopia terhadap akar sejarah dan bahasanya sendiri.
Ethiopiabukan hanya tentang kopi dan sejarah, tetapi juga mengenai identitas yang kuat, keunikan budaya, serta keteguhan untuk tetap bertahan di tengah perubahan global yang terus berlangsung. Negara ini menyimpan begitu banyak kisah yang sering kali tidak diperhatikan oleh dunia luar. Semakin memahami Ethiopia, semakin sadar bahwa dunia ini jauh lebih luas dan penuh warna dari apa yang sering dipikirkan.
Jika tertarik dengan budaya, sejarah, dan keunikan yang tidak biasa, Etiopia sangat layak untuk dieksplorasi lebih jauh, setidaknya melalui kisah-kisah seperti ini.
7 Fakta Menarik Negara Afrika Tengah, Jadikan Bitcoin sebagai Alat Tukar 5 Fakta Negara Komoro, Lokasi Pertemuan Afrika dan Dunia Arab