Karena posisinya yang berada di kawasan peralihan, tidak mengherankan jika Pulau Sulawesi memiliki berbagai jenis hewan yang mirip dengan spesies dari zona Asiatis maupun Australis. Salah satu contoh hewan yang menunjukkan ciri-ciri zona Asiatis adalah elang-ular sulawesi (Spilornis rufipectus). Karena itu, dari ukuran, penampilan, hingga cara spesies elang ini memilih makanan cukup mirip dengan kerabatnya yang tinggal di kawasan Asia.
Justru, dalam klasifikasi taksonomi, elang-ular sulawesi memang termasuk dalam genusSpilornis yang merupakan burung pemangsa khas wilayah Asia Selatan, termasuk Asia Tenggara. Kerabat terdekat mereka adalah elang-ular bido (Spilornis cheela) yang memiliki sebaran wilayah yang luas. Tentu saja, terdapat berbagai fakta menarik lain mengenai elang-ular Sulawesi selain hubungan mereka dengan spesies elang di kawasan Asia. Penasaran dengan penjelasan lengkapnya? Langsung gulir layar kamu ke bawah, ya!
1. Bagaimana penampilan burung elang ular Sulawesi?
Burung elang sulawesi merupakan jenis elang berukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 46—54 cm, sayapnya mencapai 105—120 cm, dan beratnya berkisar antara 675—925 gram. Terdapat perbedaan bentuk antara jantan dan betina pada spesies ini, di mana betina memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan jantan.
Dilansir Eagle Encyclopedia, elang-ular sulawesi tampil dengan bulu yang dominan berwarna cokelat. Namun, pada bagian perut terdapat bercak putih dan di sekitar ujung sayap serta ekornya terdapat pola garis hitam dan putih. Di sisi lain, bagian kepala, paruh, dan sepasang kaki burung elang ini cenderung berwarna kuning terang.
2. Tempat tinggal yang disukai dan makanan kesukaan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, elang-ular sulawesi adalah burung yang hanya ditemukan di Pulau Sulawesi. Secara khusus, mereka menyebar secara merata mulai dari Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, hingga Sulawesi Selatan. Selain itu, beberapa populasi elang-ular sulawesi juga terdapat di pulau-pulau kecil, seperti Kepulauan Sula. BerdasarkanData Zone by Birdlife, luas wilayah yang mereka kuasai sekitar 576 ribu kilometer persegi.
Sementara itu, habitat yang dapat dihuni oleh elang-ular Sulawesi cukup beragam. Contohnya adalah hutan tropis dan subtropis di dataran rendah, savana, padang rumput, serta wilayah sekitar areal pertanian atau perkebunan manusia. Ketinggian tempat yang mereka pilih berkisar antara 0—1.000 meter di atas permukaan laut, namun biasanya berada pada ketinggian 205—850 meter di atas permukaan laut.
Tentu saja, elang-ular Sulawesi merupakan predator yang sungguh-sungguh. Makanan mereka mencakup berbagai jenis seperti kadal, hewan pengerat, dan ular. Mereka mencari mangsa dari udara dengan terbang secara diam-diam. Setelah menemukan sasaran, elang-ular Sulawesi akan meluncur dengan cepat menuju target sambil menggunakan cakar yang sangat tajam untuk menangkapnya. Menariknya, burung elang ini sering mengunjungi daerah yang pernah terbakar. Karena setelah kejadian tersebut, mereka dapat menemukan makanan dengan lebih mudah.
3. Kehidupan sosial
Pada umumnya, elang-ular sulawesi lebih suka hidup sendiri. Mereka biasanya terbang sendirian saat mencari makanan atau beristirahat di atas cabang pohon. Perilaku ini menunjukkan posisi elang tersebut sebagai pemuncak rantai makanan di lingkungan alaminya.
Hanya pada saat musim kawin atau sedang merawat anak, elang-ular sulawesi terlihat bersama dengan individu lain.Planet of Birds melaporkan bahwa pasangan elang-ular Sulawesi akan berada di dahan yang sama. Terkadang keduanya saling memanggil dengan suara,“fli wi keek” atau “keek-kek” secara berulang.
4. Sistem reproduksi
Sebenarnya masih sedikit hal yang telah kita pahami mengenai sistem reproduksi elang-ular Sulawesi. Hanya saja, dilansirPlanet of Birds, diketahui bahwa burung muda ini menetas sekitar bulan Mei sehingga diperkirakan bahwa musim kawin berlangsung antara bulan Januari—April. Selain itu, spesies ini diduga merupakan spesies yang bersifat monogami, yaitu hanya berpasangan dengan satu pasangan saja hingga salah satunya meninggal.
Dalam satu musim kawin, elang-ular sulawesi betina hanya menghasilkan satu telur. Telur tersebut membutuhkan waktu inkubasi selama 35—40 hari. Baik induk jantan maupun betina secara bergantian menjaga telur dan tetap merawat anak dengan baik setelah menetas. Hal yang menarik adalah pasangan elang-ular sulawesi sering menggunakan sarang yang sama untuk merawat keturunan mereka. Di tempat tersebut, anak elang akan diajarkan keterampilan yang diperlukan agar dapat hidup mandiri.
5. Status konservasi
Berdasarkan Daftar Merah IUCN, saat ini elang-ular Sulawesi termasuk dalam kategori kekhawatiran rendah (Least Concern). Jumlah populasi mereka di alam liar diperkirakan sekitar 10.000 individu. Diperkirakan, tren jumlah burung ini cenderung stabil sehingga status perlindungan mereka tidak akan menurun dalam waktu dekat, menurut laporan.Data Zone by Birdlife.
Hanya saja, perlu diingat bahwa pembukaan lahan yang dilakukan secara besar-besaran dan tidak bertanggung jawab di Pulau Sulawesi bisa menjadi ancaman serius. Tidak hanya berisiko kehilangan tempat tinggal, kerusakan lingkungan alami juga mengurangi ketersediaan makanan bagi elang-ular sulawesi. Oleh karena itu, pembukaan lahan untuk tujuan apapun harus dilakukan dengan lebih tanggung jawab, terutama dalam hal pemulihan ekosistem agar tetap terjaga kelestariannya.
4 Fakta Burung Finch, Pilihan Para Tambang untuk Mendeteksi Gas Beracun 5 Fakta Burung Cekakak Air, Pemburu Kecil yang Sangat Sabar