Indeks
Tekno  

Perang Dagang AS-China Ancam Inovasi Energi Hijau

10drama.com -,JAKARTA — Baterai serta barang yang bergantung pada mineral langka termasuk yang paling rentan jika persaingan perdagangan memburuk.

Perjanjian gencatan senjata tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok semakin mendekati tenggat waktu yang jatuh pada 12 Agustus. Keadaan ini membuat para pelaku bisnis di kedua sisi Samudra Pasifik merasa cemas. Jika tarif balasan yang diumumkan Presiden AS Donald Trump diberlakukan, maka akan merugikan para eksportir Tiongkok. Tarif tersebut juga akan memberikan tekanan tambahan bagi industri teknologi iklim AS yang sudah menghadapi berbagai tantangan.

Dosen Kebijakan, Ekonomi, dan Teknologi Iklim di Universitas Columbia, Tom Moerenhout, menyampaikan bahwa perang dagang akan memengaruhi pasar penyimpanan baterai di Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan penggunaan baterai memiliki peran penting dalam membantu mengoptimalkan sifat energi terbarukan yang bersifat tidak menentu.

“Ini pasti akan menghambat peralihan energi,” katanya dilansir Bloomberg, Selasa (12/8/2025).

Kepala Perdagangan dan Rantai Pasokan BloombergNEF Antoine Vagneur Jones menyatakan bahwa produsen dan pengembang baterai di Amerika Serikat kemungkinan paling terdampak. Tiongkok mendominasi ekspor baterai lithium-ion serta bahan baterai ke AS, dan rantai pasokan tidak bisa dengan cepat diubah untuk menggantinya.

Selanjutnya, tarif akan berdampak pada baterai dan teknologi bersih lainnya, di mana setiap lima baterai litium-ion yang diimpor Amerika Serikat selama lima bulan pertama tahun ini, tiga di antaranya berasal dari Tiongkok. Bahkan, proporsi tersebut lebih besar untuk baterai litium besi fosfat yang sering digunakan oleh perusahaan utilitas.

Tarif terhadap baterai skala utilitas yang diproduksi di Tiongkok telah mencapai hampir 41%. Negara-negara seperti Korea Selatan mampu menyediakan pilihan alternatif, tetapi baterai yang dibuat di sana lebih mahal dibandingkan dengan baterai dari Tiongkok. Trump juga telah memberlakukan bea masuk sebesar 15% terhadap impor dari Korea Selatan yang selanjutnya akan meningkatkan harga bagi para importir potensial.

Meskipun Amerika Serikat telah memulai pengembangan rantai pasok baterai dalam negeri, proses pembangunannya akan memakan waktu. Produsen baterai yang beroperasi di AS juga akan menghadapi dampak dari perang dagang Trump, yang dapat melemahkan kemampuan mereka dalam meningkatkan kapasitas produksi.

Perusahaan seperti LG Energy Solution dan Fluence Energy telah melakukan investasi besar untuk memperluas kapasitas produksinya, namun baterai buatan Amerika masih mengandalkan komponen impor, termasuk katoda dan anoda baterai, yang sebagian besar berasal dari Tiongkok.

Tiongkok juga memiliki pengaruh besar di bagian lain dari rantai pasok teknologi bersih Amerika Serikat, seperti bijih tanah jarang. Negara Asia ini menggali lebih banyak mineral tanah jarang dibandingkan negara lain dan menguasai sekitar 90% kapasitas pemurnian global.

Meskipun pemerintahan Trump sebagian besar telah menghapus bea impor terhadap tanah jarang, Beijing mulai memberlakukan pembatasan ekspor terhadap beberapa bahan strategis dan produk terkait pada awal April sebagai respons terhadap tarif yang diberlakukan oleh Trump.

Ahli Rantai Pasok Institute for Energy Economics and Financial Analysis, Grant Hauber, menganggap gangguan rantai pasokan tersebut telah merusak berbagai sektor di Amerika Serikat.

Produsen mobil Ford, misalnya, terpaksa menghentikan sementara operasional salah satu pabriknya pada bulan Mei karena kesulitan mendapatkan magnet dari bahan langka, yang digunakan untuk berbagai komponen, mulai dari kursi hingga sistem audio dan wiper kaca depan. Baru pada 11 Juni, setelah kedua negara mencapai kesepakatan kerangka kerja perdagangan baru, Tiongkok melanjutkan ekspor bahan langka tersebut secara rutin ke perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.

Masih belum diketahui apakah pembatasan ekspor akan diimplementasikan kembali jika negosiasi perdagangan tidak berhasil. Tanah jarang menjadi alat tawar-menawar antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Karena kebijakan yang diambil sangat tidak pasti, segala kemungkinan tidak bisa dikesampingkan,” katanya.

Banyak perusahaan teknologi iklim Amerika Serikat akan terkena dampak jika Beijing kembali menggunakan tanah jarang sebagai alat tawar. Magnet neodymium, salah satu komponen yang termasuk dalam daftar pembatasan ekspor Tiongkok, sangat penting untuk motor kendaraan listrik. Bahan ini juga sering digunakan dalam turbin angin.

Peristiwa ini terjadi di tengah keputusan Trump untuk menghentikan dukungan pemerintah terhadap berbagai teknologi pengurangan emisi, khususnya kendaraan listrik dan pembangkit tenaga angin. Industri energi terbarukan merasa terkejut dengan luasnya serangan tersebut, yang terlihat dari meningkatnya jumlah proyek yang dibatalkan.

Pada semester pertama tahun 2025, perusahaan-perusahaan menghentikan, menutup, atau memangkas proyek ramah lingkungan di Amerika Serikat senilai lebih dari US$22 miliar. Kejadian ini terjadi sebelum Trump menandatangani undang-undang pajak yang mencabut insentif teknologi bersih dan putaran tarif terbaru mulai berlaku.

Para perunding dari Amerika Serikat dan Tiongkok menyelesaikan putaran ketiga pembicaraan dagang tingkat tinggi mereka bulan lalu di Stockholm, tanpa menghasilkan kesepakatan apa pun. Hal ini memunculkan keraguan tentang kemampuan dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini untuk mencapai kesepakatan.

Pekan lalu, Trump mengatakan kedua negara kemungkinan akan sepakat untuk memperpanjang kesepakatan tarif mereka. Namun, para pakar merasa khawatir bahwa negosiasi dagang yang terlalu lama dapat menghambat perkembangan teknologi iklim Amerika Serikat.

Aturan utama dalam dunia bisnis adalah stabilitas. Ketika menggabungkan volatilitas ini bersama perubahan keputusan dan arahan, kebanyakan orang hanya mengatakan bahwa mereka akan menunggu,” katanya.

Exit mobile version